Anak Dibawa ke Bioskop? Ini Dampak Mengerikan Jika Menonton Film Tak Sesuai Usia

Close up of a young family enjoying a movie in the cinema

Movie+,

Pernah melihat anak-anak dibawa ke bioskop oleh orang tuanya? Jika untuk menonton film dengan kategori usia yang sesuai, ini akan bermanfaat. Namun sebaliknya, jika anak menonton film dengan kategori yang tidak sesuai usia, ada dampak yang mengintai.

Pertama, sebelum mengajak anak ke bioskop, orang tua wajib memahami bahwa film yang tayang di bioskop telah mendapatkan tanda lulus sensor dari Lembaga Sensor Film Republik Indonesia. Ini artinya, setiap film harus ditonton sesuai kategori usianya.

Untuk mengecek kategori usia pada film, biasanya terdapat di tiket bioskop atau di poster filmnya. Dalam hal ini, orang tua wajib menyesuaikan tontonan anak-anak sesuai usianya.

Misal film dengan kategori 13+ berarti untuk 13 tahun ke atas dan 17+ untuk 17 tahun ke atas. Ini berarti film tersebut tidak boleh ditonton oleh anak-anak.

Biasanya, film yang cocok untuk anak-anak memiliki label kategori ‘Semua Umur’ dan ‘Bimbingan Orang Tua’. Jika anak-anak dibiarkan menonton film di bioskop yang tidak sesuai usianya, orang tua wajib memahami karena ada dampak yang bisa ditimbulkan.

Bisa Mengganggu Kesehatan Mental Anak: Depresi, Cemas, hingga Ketakutan

Film-film yang tidak cocok untuk anak-anak, biasanya mengandung unsur kekerasan, termasuk pembunuhan, bunuh diri, dan adegan kekerasan lainnya.

Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan UI, Vera Itabiliana, mengatakan bahwa salah satu dampak saat anak menonton film tak sesuai usianya adalah mereka bisa belajar hal-hal yang keliru.

“Anak bisa belajar hal-hal yang salah. Misal, kalau filmnya terlalu banyak kekerasan atau berbau seksualitas nanti anak mendapat stimulasi yang belum sesuai usianya,” ucap Vera dalam HaiBunda, dikutip Selasa (16/4/2024).

Menurut Vera, jika anak sudah terpapar dengan konten yang tidak sesuai, bisa muncul persepsi yang tidak tepat dari anak.

Hal ini termasuk munculnya rasa takut dan cemas pada anak karena melihat adegan-adegan yang terlalu keras, terlebih pada usia anak di bawah usia 12 tahun.

“Anak kan masih belum bisa membedakan mana fantasi, mana yang nyata. Nah, itu kadang-kadang yang membuat mereka jadi takut. Misal, mereka lihat tokoh jahat kemudian di pikiran anak si tokoh jahat ini ngikutin sampai ke ke dunia nyata. Intinya, anak belum paham kalau itu bohongan,” jelas Vera.

Penelitian juga menunjukkan bahwa menonton atau memutar konten kekerasan memang dapat berdampak pada anak-anak. Hal ini termasuk kekerasan yang diserap anak melalui TV, media sosial, film, permainan, dan hiburan lainnya.

Beberapa dampak yang bisa terjadi pada anak adalah sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari situs Common Sense.

1. Meningkatkan ketakutan, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya

2. Mengurangi kepekaan anak terhadap rasa sakit dan penderitaan orang lain

3. Meningkatkan kemungkinan anak bertindak agresif

Sebuah layanan aplikasi kontrol anak dan parenting bagi orang tua & sekolah, Safes.co, juga memberikan penjelasan lain terkait dampak menonton film yang tidak sesuai dengan usia anak.

Pertama, perilaku yang berisiko. Film untuk remaja akhir atau dewasa biasanya menunjukkan perilaku-perilaku yang dalam narasinya dianggap keren. Hal ini bisa diterima oleh anak-anak dan mungkin ingin mencobanya. Misal, seperti remaja (dalam film) yang terpapar alkohol, tembakau, atau perilaku seksual.

Kedua, anak bisa melihat kekerasan. Anak-anak yang menonton kekerasan melalui media seperti televisi dan film lebih cenderung menunjukkan perilaku agresif dan takut bahwa dunia ini berbahaya dan sesuatu yang buruk akan menimpa mereka.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mewaspadai dampak kekerasan di televisi maupun film pada anak-anak.

Ketiga, masalah gangguan tidur. Seperti yang diketahui bahwa ingatan anak-anak masih sangat baik untuk menyimpan hal-hal yang membuat mereka penasaran.

Jika seorang anak salah menonton film yang tidak sesuai usianya, bukan tak mungkin adegan-adegan yang bersifat kekerasan atau seksual dapat mengalihkan pikiran anak-anak dari hal-hal penting sehari-hari.

Anak-anak bisa merasa ketakutan atau memikirkan sesuatu hal yang mengganggu waktu tidur bahkan kesehatan mental mereka.

Orang Tua Tidak Boleh Egois

Jika orang tua ingin mengajak anak menonton film, maka penting untuk memperhatikan kesenangan pada anak dan bukan justru fokus pada diri sendiri.

Sebab, ketika anak menonton film yang sesuai kategori orang tuanya, anak tidak bisa menikmati film dan bisa merasa bosan. Akibatnya, anak-anak menjadi rewel dan mengganggu penonton lain.

Menurut Vera, orang tua mengajak anak ke bioskop adalah hal yang sah. Namun, perlu mengutamakan anak ketika berhubungan dengan tontonan.

“Jadi orang tua juga harus ada komitmen dan pengorbanan. Mau nggak mau akan ada momen di mana orang tua mesti milih, dan akhirnya, oke deh kita nggak boleh egois dan kita nggak boleh mengutamakan kesenangan kita sendiri tapi anak nggak happy,” tegasnya.

“Kalau kita mau bersenang-senang dan refreshing ke manapun bareng anak, pastikan juga si kecil aman dan nyaman ya. Tiap orang tua harus siap dengan hal-hal seperti itu,” imbuh psikolog anak dari UI tersebut.

Film yang Bermanfaat untuk Tumbuh Kembang Anak

Pada dasarnya film bisa memicu imajinasi baik pada anak yang bermanfaat bagi kecerdasan mental maupun meningkatkan kognitifnya.

Bahkan menurut laporan asisten profesor ilmu komunikasi di Universitas Radboud, Belanda, Rebecca de Leeuw, PhD, sebuah studi menemukan bahwa film dapat memberi anak-anak wawasan tentang kehidupan.

Selain itu, film juga dinilai dapat menginspirasi anak-anak dengan keindahan moral dan kepahlawanan.

Dalam penelitian de Leeuw, anak-anak berusia antara 4 dan 15 tahun diwawancarai setelah mereka menonton film Disney: Pixar Inside Out. Secara garis besar, film menceritakan seorang gadis berusia 11 tahun, dengan emosinya yakni kegembiraan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan rasa jijik, yang dipersonifikasikan sebagai karakter yang berbeda.

Diketahui, saat membuat film ini, para pembuat film melakukan konsultasi ekstensif dengan para psikolog, termasuk direktur pendiri GGSC Dacher Keltner Nono4D, untuk membuat animasi emosi konsisten dengan pengetahuan ilmiah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita dalam film ternyata dapat memberi makna untuk anak-anak. Makna tersebut antara lain sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari situs University of California, Berkeley.

1. Cerita pada film dapat mendorong kecerdasan sosial

Saat menonton, anak-anak memahami perasaan, motif, dan perilaku karakter dalam film, menggunakan keterampilan kecerdasan sosial mereka.

Wawasan baru anak-anak juga mencakup kesadaran akan motif dan perasaan orang lain, serta kesadaran akan perasaan mereka sendiri. Anak-anak sering kali merasa bersemangat saat mendapatkan wawasan baru (hal ini sering terjadi saat wawancara).

2. Cerita film membuat anak merasakan keindahan (moral)

Anak-anak menyebutkan bahwa mereka mengapresiasi tindakan kasih sayang, kebaikan, cinta, dan keberanian dalam film tersebut.

3. Cerita pada film membantu anak memperoleh wawasan tentang kehidupan

Saat menonton, anak-anak didorong untuk mengikuti jejak tokoh protagonis dan memperoleh wawasan yang sama dengannya.

Sepanjang cerita, terdapat karakter yang menemukan pentingnya kesedihan dan pada akhirnya dia berkolaborasi dengan kesedihan dan emosi lainnya.

Ketika anak-anak mengikuti karakter itu dalam petualangannya, mereka juga menyadari bahwa kesedihan itu penting dan bahwa kolaborasi antara semua emosi diperlukan untuk menjalani kehidupan yang utuh dan bahagia.

4. Film dapat menginspirasi anak untuk pantang menyerah

Temuan dalam studi juga menunjukkan bahwa anak-anak mengagumi ketekunan tokoh protagonis. Salah satu anak dalam penelitian tersebut bahkan secara spontan mengungkapkan bahwa terdapat tokoh yang menginspirasinya untuk tidak pernah menyerah dalam hidupnya.

Dalam hal ini, semakin banyak wawasan yang didapat anak-anak saat menonton, semakin bermakna cerita tersebut bagi mereka. Terlebih jika, anak-anak diajak membicarakan film tersebut atau menontonnya kembali, sehingga membantu mereka memperoleh lebih banyak wawasan.

Nah, jadi jelas kan kru Movie+, bahwa sangat penting untuk memberi tontonan pada anak yang sesuai dengan usianya dan tidak berlebihan durasinya.

Untuk saat ini dan ke depan, orang tua memiliki tanggung jawab yang penting dalam mengontrol tontonan film anak: apakah akan dibiarkan menonton film yang tak sesuai usia dan memberi dampak mengerikan atau menyesuaikan tontonan berdasarkan usia anak agar memberi banyak manfaat?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Post